Eko Susanto, seorang penyungging wayang kulit berusia 43 tahun, tinggal di lingkungan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Keterampilan seni yang dimilikinya telah diwariskan dari nenek moyangnya, dan keluarganya telah mengabdikan diri dalam seni ini selama 14 generasi, sehingga seni wayang kulit telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya.
Eko mulai menekuni seni pembuatan wayang kulit sejak tahun 1987, ketika dia masih duduk di kelas 4 SD. Namun, di tengah perjalanan, dia sempat meragukan masa depannya dalam seni ini saat salah seorang gurunya mengatakan bahwa segala sesuatu akan kalah dengan perkembangan komputer. Pada awalnya, Eko memutuskan untuk meninggalkan seni wayang kulit dan mencoba pekerjaan lain.
Namun, pada tahun 1998, krisis moneter datang, memaksa Eko mengalami PHK dari pekerjaannya. Dari titik inilah, dia merasa terdorong untuk kembali ke pangkuan seni yang telah lama ditinggalkannya. Kembali ke akar-akarnya sebagai penyungging wayang kulit, Eko menemukan panggilan sejatinya dan memulai kembali perjalanan seninya yang tak tergantikan.
Keberanian dan ketekunan Eko untuk kembali ke seni wayang kulit setelah melewati masa-masa sulit adalah inspiratif. Dia tidak hanya memelihara warisan budaya leluhurnya, tetapi juga menunjukkan bahwa kecintaan dan dedikasi pada seni bisa menjadi landasan kokoh untuk bangkit dari tantangan kehidupan. Dengan setiap wayang yang dia buat, Eko tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga mewujudkan kisah inspiratif tentang keberanian dan ketekunan dalam mengejar impian.