Banyuwangi, 15 Juni 2024 – Kabupaten Banyuwangi kembali menarik perhatian dengan masalah stunting yang masih menjadi perhatian serius. Menurut studi terbaru dari Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada tahun 2019, Banyuwangi menempati peringkat 13 dari 37 kabupaten/kota di Jawa Timur dengan tingkat stunting mencapai 24.46 persen.
Stunting merupakan kondisi terhambatnya pertumbuhan fisik dan perkembangan otak pada anak-anak, yang dapat berdampak serius terhadap masa depan mereka. Mojito, Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Banyuwangi, menjelaskan bahwa dampak stunting mulai terlihat pada usia dua tahun, sehingga upaya pencegahan harus dimulai sejak dini, terutama pada masa kehamilan hingga usia dua tahun anak.
Pada tahun 2021, Banyuwangi menetapkan 10 desa sebagai prioritas untuk program pencegahan stunting. Angka ini meningkat menjadi 17 desa pada tahun 2022, termasuk desa-desa seperti Grajakan, Sumbersari, Benculuk, Sembulung, dan lainnya. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah setempat untuk mengurangi prevalensi stunting di wilayahnya.
Meskipun demikian, upaya pencegahan tidak selalu lancar. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 menjadi kendala serius dalam implementasi program-program kesehatan, termasuk bulan timbang terjadwal yang biasa dilakukan pada bulan Januari dan Agustus.
Mojito juga menambahkan bahwa pada tahun 2021 ini, proses survei terbaru mengenai status gizi masih berlangsung, namun hasilnya belum final. Dengan angka 24.46 persen pada tahun 2019, Banyuwangi terus mengupayakan perbaikan dalam hal gizi dan kesehatan anak-anaknya.
Pemerintah setempat dan masyarakat Banyuwangi berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya gizi sejak dini serta mengimplementasikan program-program yang dapat mengurangi angka stunting di masa mendatang.
Dengan demikian, Banyuwangi berada dalam perjalanan panjang namun bertekad untuk mengatasi masalah stunting demi masa depan generasi muda yang lebih sehat dan berkualitas.