Pada 6 Desember 1992, kekerasan yang tragis terjadi di kota Ayodhya, India utara, ketika sekelompok ekstremis Hindu merobohkan Masjid Babri yang berusia 460 tahun. Kejadian ini telah memicu dampak besar dalam sejarah sosial dan politik India, serta memperburuk hubungan antara komunitas Hindu dan Muslim di negara itu.
Masjid Babri, yang menjadi sasaran serangan, dianggap suci oleh umat Muslim dan merupakan objek kontroversi panjang antara komunitas Hindu dan Muslim di India. Para ekstremis Hindu, didukung oleh beberapa tokoh politik sayap kanan termasuk dari Partai Bharatiya Janata (BJP), mengklaim bahwa masjid tersebut didirikan di atas situs yang dianggap sebagai tempat kelahiran Lord Ram, sosok penting dalam kepercayaan Hindu.
Meskipun berbagai janji dari pemimpin politik untuk mematuhi keputusan pengadilan, pada hari yang ditentukan, kerumunan massa yang mencapai 200 ribu orang menerobos pengamanan polisi dan menyerbu masjid. Mereka merusak dan menghancurkan Masjid Babri, memicu gelombang kerusuhan dan kekerasan antara komunitas Hindu dan Muslim di seluruh India.
Pada akibatnya, kerusuhan antar agama ini mengakibatkan kematian sedikitnya 2.000 orang, sebagian besar di antaranya adalah warga sipil yang tidak bersalah. Selain itu, serangan terhadap komunitas Muslim tidak hanya terbatas di Ayodhya, tetapi juga menyebar ke kota-kota besar seperti Bombay, Ahmedabad, dan Surat. Propaganda dan desas-desus yang menyesatkan menyebar luas, meningkatkan kebencian dan kekerasan antar agama dengan cepat.
Peristiwa ini tidak hanya mencoreng citra India sebagai negara demokratis dan multikultural, tetapi juga meninggalkan luka yang dalam dalam masyarakat India, yang dampaknya masih terasa hingga saat ini. Konflik Ayodhya dan kehancuran Masjid Babri telah menjadi salah satu titik balik signifikan dalam sejarah modern India, mencerminkan tegangnya dinamika antaragama dan politik di negara ini.
